Di dalam liku-liku hidup, kita berjumpa.
Seperti dua jalan yang tak pernah bersinggungan, meski hati ini ingin sekali
merangkulmu. Namun, takdir memisahkan kita seperti kitab suci yang telah
terjelma dalam surat Yasin ayat 40.
Tiap malam, bila kesunyian hadir, aku
membuka hati ini untuk menatap langit yang penuh bintang. Dan di sana, aku
mencari arti dari pertemuan kita. Kau dan aku, seperti dua butir pasir yang
terpisah di tepi pantai, merindukan sentuhan hangat ombak yang sama-sama
menyapu hati.
Terpaku dalam ingatan tentang senyummu, aku
merenung. Ada getaran emosi yang tak pernah reda, seperti aliran sungai yang
tak pernah berhenti mengalir. Aku ingin memahami rahasia takdir ini, apa yang
telah diputuskan oleh-Nya, dan mengapa harus ada jarak di antara kita. Aku bergumam:
Perpisahan ini, seperti luka yang tak terucap,
Merintih dalam bisu, menghujam lara yang terpendam.
Ku renungkan arti setiap pertemuan dan perpisahan kita,
Seperti puisi yang takkan terlupakan, mengalir di setiap baitnya.
Dalam liku-liku takdir, kita beradu,
Hatiku menjerit, merindukanmu.
Namun jarak yang memisah, bak dinding yang tinggi,
Tak mampu ku jangkau, walau ku mencoba dengan gigih.
Dalam relung hati, aku mencari jawaban,
Mengapa cinta ini begitu indah namun tak tergapai.
Dalam renungku, kutemukan arti dari takdir yang tak terbantahkan,
Kita seperti surat Yasin ayat 40, terpisah dalam aliran yang terdiam.
Rasa ini menyala, bak bara dalam dada,
Menghangatkan dalam sepi, namun tak mampu kulenyapkan.
Kau dalam hati, mengalir seperti bait-bait puisi indah,
Bagaikan nyanyian angin, yang menggugah jiwa di setiap tiupan.
Tapi, biarkanlah kisah kita terukir dalam kalbu,
Meski tak bersatu, kita terhubung dalam doa yang tak terhingga.
Biarlah cinta ini mekar dalam rindu yang tak pernah pudar,
Sebagai kenangan abadi, dalam lembaran surat Yasin ayat 40 yang takkan berakhir.
Namun, sesuatu dalam hati ini
mencabik-cabik, menari-nari mengaduk-adukkan perasaan. Aku dan kamu, bagaikan
dua nadi yang berdenyut, terus berdetak seiring waktu. Meski terpisah ruang dan
waktu, namun hati ini selalu mencari cari jejakmu, layaknya petualang yang haus
akan cinta.
Terkadang, aku membayangkan bagaimana
cerita kita akan terjalin, jika takdir membiarkan kita bersatu. Bagai
halaman-halaman kitab suci yang indah, aku membayangkan kisah cinta kita
tertulis dengan huruf-huruf emas yang memukau.
Setiap detik menghanyutkan rasa rindu,
seperti dedaunan yang melayang tak tentu arah saat angin datang. Aku mencari
arti dari setiap pertemuan dan perpisahan kita, mencoba mencari jawaban dalam
doa-doaku pada-Nya.
Meski cinta ini hadir dengan penuh kehangatan,
namun ia juga menyimpan kesedihan. Bagai malam yang gelap, aku meratap dalam
diam, karena tak bisa menyentuhmu dengan lembut. Hanya bisa mengandalkan
kenangan-kenangan manis yang kita bagi bersama, dan melukiskan kisah kita dalam
hati yang amat dalam.
Hari-hari berganti, tapi rindu ini tak
kunjung usai. Seperti aroma bunga yang menguar, aku terhanyut dalam kenangan
tentangmu. Aku dan kamu, seperti dua jiwa yang tak pernah bisa bersatu, terus
berdansa dalam pelukan angan-angan.
Mungkin, ada kekuatan besar yang mengatur
jalannya cinta ini. Kita hanya bisa pasrah pada takdir, seiring waktu yang
terus berjalan. Namun, satu hal yang tetap abadi adalah perasaan yang tumbuh
dalam hati ini, bagai pohon besar yang kokoh menghadapi badai.
Aku dan kamu, seperti dua surat Yasin ayat
40 yang dipisahkan oleh kehendak-Nya. Kita mungkin tak bisa bersama dalam dunia
fana ini, tapi siapa tahu di akhirat nanti, takdir akan menyatukan kita dalam
kebahagiaan yang abadi. Hingga saat itu tiba, biarkanlah rasa ini terus
menyala, bagai nyala api yang tak pernah padam, menghangatkan jiwaku di tengah
sepi.